MENDIDIK ANAK BAGAI MERAWAT BENIH


MENDIDIK ANAK BAGAI MERAWAT BENIH
MENDIDIK ANAK BAGAI MERAWAT BENIH

( Oelh Amirudin Sadja )
Suatu hari saya menerima telepon dari seorang teman. Teman lama yang sudah bertahun tahun tidak ketemu. Padahal masih satu kota, namun kesibukan kami masing-masing barangkali yang membuat kami jarang bertemu dan lupa untuk bersapa sekalipun.

Dalam pembicaraan yang cukup lama ditelepon, teman saya banyak bercerita tentang keadaan dirinya, keluarga dan anak anaknya. Ternyata selama ini beliau memperhatikan aktifitas saya di dunia parenting, entah lewat postingan FB maupun status wa saya.

“Aku galau nek baca postinganmu tentang anak pak. Aku punya masalah dengan anak-anakku kayaknya. Dari dulu gak dekat dan sering tak marahi, aku takut ntar nek dewasa banyak masalah di jiwanya. Opo sing kudu tak lakukan pak? Jujur perasaanku gak tenang nek mikir gini”, kira kira seperti itulah unek-unek yang dia sampaikan ke saya.

“Sebenernya aku sedikit-sedikit sudah mulai mempelajari konsep pendidikan fitrah ini, tapi masih bingung harus mulai darimana prakteknya, bingung ..." lanjut dia lagi.

Jadi gini pren...tak kasi analoginya dulu yaa?
Coba perhatikan pertumbuhan benih tanaman. Bagaimana sifat benih yang bisa kamu amati? Ternyata setiop benih sudah memiliki 'rencana” di dalam dirinya (yang kita menyebutnya FITRAH). Sebuah benih hanya tinggal menerima perlakuan tertentu saja, maka ia akan berkembangbiak dengan sendirinya mengikuti tahapan-tahapan yang sudah 'terencana” didalamnya. 

Misal kita perhatikan benih pohon jambu. Benih tersebut cukup ditempatkan di tanah kemudian disirami air dan mendapatkan sinar matahari yang cukup, maka benihpun akan tumbuh dengan sendirinya sesuai tahapan-tahapan pertumbuhannya yang sudah diatur dari dalam dirinya. Benih ini sudah tahu, kapan harus mengeluarkan akar, kapan waktunya keluar batang, kapan mulai  tumbuh daun, kapan mulai berbunga dan berbuah dan seterusnya. Allah telah menginstal berbagai fitrah didalam benih tersebut yang memuat rencana, perintah, dan mekanisme untuk menumbuhkan benih menjadi pohon yang berbuah mengikuti sunnatullah yang ada.

Benih pohon jambu tentu akan berbuah jambu, demikian juga benih pohon mangga tentu akan berbuah mangga, meski kita siram dengan air yg sama dan kita tempatkan ditanah yg sama, sebab setiap benih telah di instal Allah potensi yg berbeda didalamnya.

Nah kira-kira seperti itulah cara kita memperlakukan anak-anak. Anak-anak kita telah di instal oleh Allah sifat pembawaan dan berbagai potensi kebaikan didalamnya yang berupa fitrah. Jadi yakinlah dengan fitrah itu, lalu berilah ruang agar fitrah itu tumbuh, rawatlah fitrah tersebut sebagaimana kita merawat benih tanaman tadi. Sebagaimana yang disampaikan Rosulullah dalam hadits:

‎ كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (Al Hadist)
..
“Trus aku mulai darimana nih?” tanya beliau lagi. 

Mulailah dengan pembersihan hati dulu. Jalani proses Tazkiyatun Nafs dengan setulus mungkin. Sadari semua kesalahan kita selama ini dalam mendidik anak-anak, akui dihadapan Allah, lalu banyak meminta ampunanNYA atas kelalaian kita tersebut. Mendekatlah sedekat mungkin dengan Allah agar DIA membantu kita dalam proses merecovery anak anak kita, agar DIA memperbaiki fitrah anak kita yang rusak akibat kesalahan kita saat mendidik mereka. Lakukan berbagai ibadah dengan sebaik mungkin agar kedalaman maknanya dapat kita rasakan, seperti membaca Al Quran berikut maknanya, sholat malam, sholat dhuha, banyak berdzikir dengan khusyuk, puasa sunnah dll.

Selanjutnya minta maaflah kepada anak anak kita. Barangkali selama ini kita adalah orangtua yang lalai atau mungkin sebaliknya menjadi orangtua yang obsesif, suka memaksa anak, karena ingin melihat anak secepatnya menjadi sholeh. Ibarat tanaman masih benih sudah kita beri pupuk buah, karena segera ingin merasakan buahnya, maka benih tersebut akan rusak pertumbuhannya. Maka seringlah memeluk mereka, mencium mereka, perlakukan mereka dengan sebaik mungkin, jaga hati mereka agar tenang dan bahagia. 

Lalu yang tidak kalah penting adalah tholabul ilmu. Mulailah banyak belajar tentang konsep Pendidikan Fitrah ini. Banyaklah membaca buku-buku terkait pendidikan anak berbasis fitrah, saya merekomendasikan untuk mengikuti kegiatan kajian dan seminar baik online ataupun offline bersama guru saya, inisiator Pendidikan Fitrah, ustadz Harry Santosa dan ustadz Adriano r (hafidzahumallah), mendengarkan ceramah beliau lewat youtube, ikut grup-grup parenting yang berbasis fitrah dll. 

Ada banyak cara kok untuk menuntut ilmu di jaman serba canggih seperti sekarang ini. Carilah yang paling sesuai dengan keadaan dan kesempatan yang kita miliki,  lalu berdoalah kepada Allah agar dimudahkan melakukannya. 

Ini semua penting dilakukan agar tercipta pemahaman yang holistik di otak kita tentang Pendidikan Fitrah, tidak parsial (sepotong potong). Sehingga dalam prakteknya, saat ada masalah, bisa lebih mudah mengetahui sumber masalahnya dan mencari solusi terbaik dengan kembali ke konsep.

InsyaAllah dengan proses dzikir dan fikir yang terus menerus kita lakukan maka Allah akan buka ilmu parenting yang sudah DIA instal di dada setiap orangtua sebagai modal TERBAIK untuk mendidik anak-anaknya. Intuisinya akan menguat, firasatnya semakin tajam, ilham dan inspirasi akan  banyak bermunculan, sehingga akan muncul perasaan tenang, damai, rileks dan optimis di hati. InsyaAllahu ta’ala.

#optimisRileks
#InsideOut_bukan_OutsideIn
(Fasilitator HEbAT Semarang)

Post a Comment

0 Comments