SCALE UP IMPACT

Alhamdulillah.. bisa sampai di titik ini, materi ke delapan kelas Bunda Salihah, Scale Up Impact dan aku menyadari bahwa aku masih perlu belajar hal lainnya. Sungguh semakin jauh perjalanan kelas ini, semakin terasa kekurangan dir dan butuh belajar lagi dan lagi. Dan Aku pun bersyukur bisa berada di kelas Bunda Salihah ini.

Sejak memasuki kelas BunSal, diawali dengan pencarian masalah hidup yang harus bisa diselesaikan dan bahkan memberikan dampak bagi lingkungan. Aku yang sejak  memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah tangga yang hanya di rumah,  menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan emosiku. Gampang tersulut, mudah tersinggung, kadang baperan dan seringnya berimbas kepada suami dan anak - anak. Setelah mengelami perenungan panjang, aku merasa ini adalah masalah prioritas yang harus aku selesaikan. Berbekal dari materi di beberapa kelas parenting, beberapa literatur dari internet dan buku, aku pun semakin sedih menyadari bahwa ini diakibatkan oleh luka pengasuhan masa lalu. Aku semakin merasa tertampar saat mengetahui jika hal ini dibiarkan terjadi, akan ada mata rantai yang nantinya bisa diwariskan ke generasi berikutnya. Terbayang wajah anak - anak yang pernah kusakiti baik sengaja maupun tidak dikarenkan emosiku yang tidak terkendali pada saat itu. Ya Allah, sungguh begitu banyak hutang pengasuhan ku kepada anak - anak.

Kalimat penyemangat dari Bu Septi cukup membuatku tersadar bahwa aku harus menyembuhkan luka itu. It's OK to make mistake, as long as I learn from my mistakes. Maka mulailah kami berkampanye di media sosial untuk mencari tim yang memiliki permasalahan sama agar nantinya bisa diselesaikan bersama dan menghasilkan dampak yang lebih luas (Sosial Impact). Sudah mendekati hari terakhir menjelang penyetoran jurnal aku semakin gelisah, belum ada satupun tim yang bergabung, aku sudah optimis bahwa tim ku hanya beranggotakan aku dan suami yang khusus mensupport di bagian publikasi. Hingga di hari terakhir ada satu orang kakak senior sewaktu kuliah dulu menghubungi dan mau bergabung. Maka mulailah di awal kami saling curhat dan evaluasi diri atas permasalahan yang kami hadapi. Dengan semangat ingin menjadi lebih baik, menyembuhkan luka pengasuhan ini maka kami pun berdiskusi terkait apa saja yang akan kami lakukan ke depannya. Berikut Screenshott VC kami di awal.


 

Penyembuhan untuk luka pengasuhan bisa dilakukan dengan beberapa cara, mulai dari cara ringan dengan latihan pernapasan, menulis jurnal, muhasabah dan introspeksi hingga mendatangi psikolog (tergantung ringan atau beratnya kasus). Menurut kami, masalah yang sedang kami hadapi saat ini masih tergolong ringan, dan aku pribadi sebagai ketua tim sejak awal sudah tertarik untuk menulis jurnal , diserta dengan buku pandual Journey to The Heart by Sakeluarga, maka aku mengusulkan kami fokus untuk menulis jurnal terlebih dahulu. Jadi target kami di awal itu hanya fokus untuk menyelesaikan masalah kami , diantaranya :

Menulis jurnal selama 60 hari yang akhirnya kami revisi menjadi 90 hari (berdasarkan beberapa literatur yang kami baca yang menyarankan self healing by jurnaling ini sebaiknya dilakukan minimal selama 90 hari). dari 90 hari ini kami membagi menjadi 3 Milestone  yang masih - masing milestonenya adalah selama 30 hari.
  1. Milestone 1 tentang mengenali emosi yang terjadi di dalam diri, mampu mengatasi lonjakan emosi. 
  2. Milestone 2 tentang penerimaan diri, Menyadari inner child, Memaafkan
  3. Milestone 3 Tentang syukur, muhasabah, dan menulis surat untuk orang di masa lalu

Kemudian, setelah mendengar pemaparan ibu kembali tentang dampak sosial, maka kami pun tertantang untuk berdampak bagi lingkungan, maka kamipun menambahkan bahwa akan membimbing minimal 2 orang ibu atau perempuan yang memiliki luka pengasuhan untuk melakukan self healing by jurnaling yang nantinya akan kami awali dengan zoominar tentang inner child terlebih dahulu.

Alhamdulillah, selam 92 hari kami telah menuliskan jurnal harian. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi kami saat ini. Saling bertanya kabar, laporan setiap hari jika sudah menyelesaikan menulis jurnal di hari itu, merupakan salah satu kunci kami terus konsisten menulis. Alhmdulillah, aku pribadi merasakan perubahan ke arah positif. jika dibuka kembali jurnal - jurnal yang sudah ku tulis, aku kadang tersenyum sendiri. Sungguh di awal - awal banyakan cerita sedih, baper dan emosi negatifnya, tapi semakin hari banyak hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadian, lebih banyak mengikhlaskan dan memaafkan hingga menjelang akhir milestone ke 3, isi jurnalku lebih banyak tentang rasa syukur. meskipun bisa jadi hal yang dialami saat itu adalah kejadian yang sepertinya tidak menyenangkan, tetapi tetap harus disyukuri setiap keadaan tersebut. (Mohon maaf belum berani untuk menampilkannya secara gamblang di sini, hehe). Tetapi untuk surat dan mengadakan zoominar belum kami laksanakan. karena kami lagi - lagi merevisi target pelaksaannnya yaitu dipenghujung Milestone ke 3 atau setelah selesai  MIlestone 3. mudah - mudahan kami masih semangat untuk menyelesaikan hal itu. Aammiin.

Selain itu, dari sisi IT aku mengalami perkembangan yang lumayan pesat. Dari yang awalnya tidak punya akun Insatgram, tidak mengerti bagaimana membuat real, memakai stiker - stiker di Ig dan printilan lain, alhamdulillah perlahan aku bisa mempelajarinya, bahkan akujuga belajar membuat tampilan yang menarik di Ig.

begitu juga dengan blog, bisanya yang mengelola blog adalah suamiku, termasuk memposting jurnalku di sana dan mengisi dengan konten - konten lainnya. Beberapa bulan belakangan dia disibukkan dengan kerjaan kantor yang menyita waktunya bahkan sering lembur hingga malam, apalagi mengingat menjelang akhir tahun semua proker harus selesai. Jadinya dia mengundurkan diri dari tim, Mensupportku lewat semangat dan cinta saja #Uhuk, memintaku belajar untuk memposting dan mengelola sendiri blog ini. Alhamdulillah, yang awalnya di pikiran ku itu semua adalah ribetnya, setelah aku belajar ternyata aku bisa.. Alhamdulillah, Yeaayyy...

Untuk Instagram Tim, alhamdulillah ada beberapa postingan yang masih bisa kami handle, tetapi untuk Blog dan FP Facebook, tidak bisa kami kelola. Kami menyadari mungkin anggota tim yang sangat minimalis ini enjadi salah satu kendala sehingga tidak bisa membagi tugas di antara anggota tim.

bisa dilihat akun medsos tim kami di sini:

Akun IG Tim Happy Mom Nura

 Fanspage FB

Blog Happy Mom NuRa 


Secara Pribadi aku menyadari masih sangat banyak kekurangan dalam menjalankan AKSI ini, insya Allah ini akan kami jadikan evalusai di kemudian harinya. 

Untuk Video Tim sendiri, sejak sabtu sore aku sudah menghubungi tim terkait konsep video apa yang akan kami buat. Sengaja memilih di waktu weekend karena aku menyadari kesibukan sebagai ibu rumah tangga tentu saja sangat menyita pertahan beliau. Tetapi Qadarullah malamnya hingga senin sore, aku sakit, badan meriang, hanya bisa terbaring. Begitu juga dengan anggota timku, ternyata anaknya sakit 2 orang, ditambah lagi aktivitas domestik lainnya dengan 5 anaknya. Jadi aku segera memutuskan untuk membuat video ini yang insya Allah mewakili apa yang telah tim kami jalani.


Bismillah, Tim Happy Mom NuRa, tetap semangat ya!!


#IdentifikasiAksi

#IbuPembaharu

#BundaSalihah

#dariRumahuntukDunia

#Hexagoncity

#InstitutIbuProfesional

#SemestaBerkaryauntukIndonesia

#IbuProfesionaluntukIndonesia


Post a Comment

0 Comments