GAK CUKUP TELADAN

https://ghazicorner.blogspot.com/



Oleh : Bendri jaisyurrahman  (@ajobendri)

Parenting Corner - Kadang ada Ayah yg berkeluh kesah begini, "Padahal saya sudah rutin ke masjid lho tadz. Tapi kenapa anak saya susaaaah banget ya buat diajak ke mesjid? Saya udah berusaha ngasih contoh dan teladan untuknya. Kenapa tetap gak mau ya?"
.
Jadi begini combro dan sosis alias bro en sis (udah kayak pengurus PSI ya?) Keteladanan kepada anak emang mutlak bagi ayah. Tapi apa yg bisa diteladani kalau anak tak punya ikatan hati? Jika anak tak cinta kepada ortunya, bagaimana mungkin ia mau mencontoh kalau orang tersebut gak disuka?

Cobalah tengok salah satu kasus kawan saya. Dia punya anak murid yg ngefans tergila-gila dengan @cristiano ronaldo. Pesepakbola asal Portugal yg 11 12 lah ama saya. Bukan wajahnya tapi potongan rambut plus ketombenya kalau mau dibandingkan 😁. Dia dikenal pesepakbola yg tampan, kaya, multitalenta, dan dermawan. Sayang, dia masuk tim bubur yang tidak diaduk. Beda tim ama saya.

Nah, suatu saat ia tiba-tiba diminta menjadi duta shampoo dan tayang di TV dan sosial media, tiba-tiba anak itu spontan maksa beli shampoo. Padahal kepala anak itu botak licin, saudara-saudara.

Saat ditanya, jawabannya simpel, "Gw mah fans sejati. Apa yg dilakuin Ronaldo gw coba ikuti". Duh sayang Ronaldo gak rajin ke Mesjid, ikut @kajianmusawarah dan ikut program one day one Juz. Atau baca buku #Fatherman. Modal dasar dia untuk ditiru jutaan manusia amat terbentang lebar.

Bayangkan kalau Ronaldo itu adalah ayah. Ayah yg dicintai oleh anaknya. Membuat setiap kata dan tindak tanduk ayah jadi fatwa yg dengan sadar diikuti oleh anak. Dan perlahan-lahan anak dibimbing mengenal agamanya lewat lisan ayahnya.

Itulah kenapa teladan saja gak cukup. Tapi kecintaanlah yg jadi faktor penentunya. Sebab anak kita bukan kayak santri yg terbiasa dgn petuah, "Lihat apa yg dibicarakan. Jangan lihat siapa yg bicara". Mereka gak gitu.

Bagi mereka, siapa yg bicara itu penting. Kalau orang itu dicintai, jangankan disuruh bersihin teras yg kotor, lapangan bola pun siap mereka pel. Tergantung yg nyuruh itu siapa.

Kalau ayah tak dicintai, maka setiap nasehatnya gak bakal didengar. Masuk kuping kiri keluar kuping kanan, itu anak jaman old. Anak jaman now beda. Gak bakal gw biarin masuk kuping gw sedikitpun. Soalnya kalau masuk kuping kiri keluar kuping kanan, khawatir masih ada yg nyangkut.

Maka pertanyaannya, sudahkah kita dicintai oleh anak kita?

Post a Comment

0 Comments