PERTEMPURAN SILUK: 17 September 1829

https://ghazicorner.blogspot.com/?m=1


@salimafillah

Serba-Serbi Ghazi-“Tenang, Tuanku Rijksbestierder. Kita tinggal selangkah lagi menangkap Pangeran keras kepala itu”, Mayor De Stuers mencengkeram gelasnya dengan geram ketika mengatakan hal ini.

“Pertempuran Siluk? Ketika pasukan Diponegoro dan Sentot dipukul hancur oleh Kolonel Cochius, Le Bron de Vexela, dan Sollewijn hingga keduanya lari terberai?”

“Ya, pertempuran Siluk tiga setengah bulan lalu memang menandai berakhirnya dukungan rakyat kepada Dipanegara. Banyak penduduk di daerah yang dikuasai panglima-panglimanya membelot ke pihak kita. Mereka lelah oleh perang dan tak sudi membayar pajak pada pemberontak. Dan setelah Pertempuran Siluk, semua panglimanya di wilayah Mataram telah menyerah”, ujar Jenderal De Kock. “Tapi tampaknya Tuan Patih belum mendapat kabar terbaru tentang penyergapan di Gowong yang dipimpin Mayor A.V. Michiels.”

“Yang saya tahu sampai sekarang Diponegoro belum tertangkap dan bebas berkeliaran di Bagelen Barat yang penduduk dan bahkan para bangsawannya dari trah keluarga Yudhonegoro amat setia padanya!”

“Tapi dalam penyergapan Gowong yang bertepatan dengan ulangtahunnya ke-44 itu dia nyaris tertangkap!”, sahut De Stuers. “Dia sampai terjun ke jurang dan bersembunyi di antara rumput gelagah, meninggalkan beberapa ekor kuda, peti busana perang suci, bahkan tombak Kyai Rondhan kesayangannya. Mayor Michiels melaporkan, dia tinggal ditemani dua abdi panakawan.”

“Pasti dia menganggapnya pertanda buruk dan merasa sedih sekali”, sahut De Kock.

“Pulung kemujuran orang ini masih kuat, Tuan-tuan”, sahut Patih. “Tapi kabar dari Tuan De Stuers cukup membuatku senang. Aku membayangkan bagaimana penderitaannya sekarang yang harus lari dari hutan ke hutan menyusuri medan berat perbukitan di musim hujan pula! Hah! Aku ingat bagaimana sombongnya dia dulu, ketika kediamannya di Tegalreja punya ratusan pekerja, dan perlu 70 tukang hanya untuk mengurusi kudanya saja! Hah!”
_______
Lukisan 'Menjelang Maghrib di Perbukitan Siluk', karya Suraji (2019).

Post a Comment

0 Comments